Mediaindonesia.com – 22/10/2019
Mungkinkah pertanian kita berada di level tinggi seperti Brazil dan Amerika? Atau berkembang pesat seperti Jepang dan Tiongkok? Untuk menemukan jawabannya, kita perlu mencermati lebih dalam perkembangan pertanian Indonesia.
Mengapa demikian? Perlu saya jelaskanm pemerintah selama ini terus berupaya merealisasikan berbagai target swasembada dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Target itu demikian pentingnya, karena urusan pangan adalah urusan hidup matinya bangsa. Akan tetapi, yang juga menempati posisi sama pentingnya adalah upaya mempersiapkan regenerasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul, terutama di era revolusi industri 4.0 dan persaingan global.
Terkait hal ini, pemerintah khususnya Kementerian Pertanian (Kementan) telah secara serius melakukan pembinaan pada generasi muda dan penyiapan regenerasi SDM pertanian. Upaya tersebut dilakukan dengan menyentuh kalangan santri dan pesantren di Indonesia. Dengan begitu, sektor pertanian akan memiliki kedekatan emosional dengan para santri dan santriwatinya. Apalagi, misi utama melibatkan mereka adalah agar memiliki kemampuan bertani secara modern, termasuk melakukan bisnis pemasaran di bidang pertanian.
Mungkinkah pertanian kita berada di level tinggi seperti Brazil dan Amerika? Atau berkembang pesat seperti Jepang dan Tiongkok? Untuk menemukan jawabannya, kita perlu mencermati lebih dalam perkembangan pertanian Indonesia.
Mengapa demikian? Perlu saya jelaskanm pemerintah selama ini terus berupaya merealisasikan berbagai target swasembada dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Target itu demikian pentingnya, karena urusan pangan adalah urusan hidup matinya bangsa. Akan tetapi, yang juga menempati posisi sama pentingnya adalah upaya mempersiapkan regenerasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul, terutama di era revolusi industri 4.0 dan persaingan global.
Terkait hal ini, pemerintah khususnya Kementerian Pertanian (Kementan) telah secara serius melakukan pembinaan pada generasi muda dan penyiapan regenerasi SDM pertanian. Upaya tersebut dilakukan dengan menyentuh kalangan santri dan pesantren di Indonesia. Dengan begitu, sektor pertanian akan memiliki kedekatan emosional dengan para santri dan santriwatinya. Apalagi, misi utama melibatkan mereka adalah agar memiliki kemampuan bertani secara modern, termasuk melakukan bisnis pemasaran di bidang pertanian.
Program regenerasi dikemas dalam gerakan Petani Milenial dan Santri Milenial yang merupakan dua pendekatan program strategis Kementan. Program ini dimaksudkan untuk mencapai kemandirian pangan nasional melalui modernisasi pertanian dan mekanisasi usahatani. Terlebih, program ini pun sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam periode kedua masa pemerintahannya, yaitu untuk lebih fokus kepada pengembangan SDM Indonesia.
Bertepatan pada 22 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo menetapkan Hari Santri Nasional (HSN). Penetapan HSN ini dimaksudkan untuk meneladankan semangat jihad para santri tentang ke-Indonesia-an yang digelorakan oleh para ulama. Jika mengacu pada semangat 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy’ari saat itu menyerukan perintah kepada umat Islam agar melawan tentara sekutu. Aspek lainnya adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mengisi kemerdekaan NKRI.
Terkait dengan HSN, perintah KH Hasyim Asy’ari itu juga sebagai amanat kepada pemerintah dan santri agar terus mendorong keterlibatan generasi muda di pesantren untuk terjun dan meningkatkan produksi di sektor pertanian. Dorongan ini digelorakan agar kita terus mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan para ulama di masa lalu. Salah satunya dengan menjadikan jutaan santri sebagai basis dan calon tokoh masyarakat di pedesaan yang memiliki kemampuan agribisnis dari hulu ke hilir.
Regenerasi petani merupakan hal yang sangat penting demi menunjang pembangunan pertanian di Indonesia. Dalam hal ini, pesantren memiliki potensi besar untuk menciptakan petani muda. Apalagi, sistem mekanisasi seperti alat pengolahan, alat penanaman, dan alat panen yang disediakan pemerintah telah banyak tersebar di daerah pertanian Indonesia.
Kita meyakini, kehadiran generasi muda merupakan harapan baru untuk pertanian kita ke depan. Apalagi jumlahnya mencapai 4 juta santri yang tersebar di seluruh Indonesia.
Memperkenalkan dan menggerakkan santri milenial adalah energi baru dan pilihan strategis untuk regenerasi dan meningkatkan produktivitas pertanian. Melibatkan santri merupakan bagian dari program yang lebih besar untuk gerakan 1 juta petani milenial yang sudah ditetapkan sebagai program prioritas Kementerian Pertanian untuk membangun SDM pertanian Indonesia.
Mengacu pada data Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Gerakan Petani Milenial ini tercatat sudah melibatkan satu juta petani muda yang tergabung dalam 40.000 kelompok petani. Mereka tersebar di seluruh provinsi, mulai dari Aceh sampai Papua. Kemudian dibagi dalam zona kawasan jenis komoditas seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Wirausaha Santri dan Kemandirian Pesantren
Kementerian Pertanian sudah lama melirik potensi besar di lingkungan pondok pesantren. Potensi itu mengacu pada pola dan ekosistemnya yang sangat mendukung, seperti memiliki area lahan luas dan jumlah SDM yang sangat banyak. Untuk itu, pemerintah perlu membekali mereka dengan kemampuan beternak dan bercocok tanam.
Di pesantren, para santri diberikan pembekalan ilmu dan pendampingan yang komprehensif, termasuk kegiatan budi daya, teknologi pertanian, pascapanen, dan pemasaran. Mereka juga didorong untuk praktik bertani dengan teknologi digital yang serba canggih, cepat, dan mudah diakses. Berikutnya, para santri diharapkan memiliki life skill, bahkan menjadi eksportir. Lewat balai-balai pelatihan dan balai pengkajian pelatihan di bawah Kementan, para santri juga disentuh dan diarahkan pada minat yang mereka sukai, baik di bisang peternakan, budi daya tanaman, pengolahan hasil, atau pemasaran produk pertanian. Inilah yang kita sebut dengan keberhasilan program Kelompok Tani Santri Milenial (KSTM).
Pada Kamis 22 Agustus 2019, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga meresmikan One Pesantren One Product (OPOP) Training Center di Universitas NU Surabaya (Unusa). Saat itu, peresmian dilakukan bersama Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) Mohammad Nuh dan perwakilan International Council for Small Business (ICSB).
Khofifah juga melihat potensi pesantren di Jatim yang cukup besar, dimana ada lebih dari 6.000 pesantren yang perlu mendapat perhatian dan pendampingan secara komprehensif untuk pengembangan bisnisnya, termasuk bisnis pertanian.
Mantan Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud) Mohammad Nuh juga menekankan pentingnya kerja keras untuk menjadi seorang pengusaha di sektor peternakan dan pertanian.
Sekali lagi, bisa kita bagi saya analogikan, energi santri adalah nafas dan spirit untuk kemajuan pertanian Indonesia. Bersama mereka, bukan tidak mungkin, sektor pertanian kita dapat mengungguli pertanian Brazil, Amerika Serikat, Jepang, atau Tiongkok.
Selamat Hari Santri Nasional 2019, semoga santri dan santriwati kita dapat menjadi petani-petani milenial yang sukses, unggul dan membawa bangsa ini sebagai bangsa yang kuat dan maju.
Artikel ini telah tayang di https://mediaindonesia.com/opini/266982/santri-energi-baru-pertanian-indonesia