Mediaindonesia.com – 19/3/2020
CORONAVIRUS Disease (covid-19) atau virus korona baru telah mewabah ke sebagian besar negara di dunia. Bahkan, sejak 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan covid-19 sebagai pandemi. Penetapan ini diberlakukan setelah penyebaran virus telah mencapai 114 negara.
Pandemi covid-19 diperkirakan akan berdampak pada melemahnya perekonomian dunia. Bahkan proyeksi banyak pihak, kondisi perekonomian global 2020 akan mengulangi krisis keuangan pada 2008. Dua belas tahun lalu, krisis keuangan global telah menyebabkan perlambatan ekonomi global secara signifikan. Merujuk data Bank Dunia saat itu, pertumbuhan ekonomi global ialah 1,851%.
Kekhawatiran dampak covid-19 terhadap perekonomian global tersebut semakin terasa ketika sejumlah negara menerapkan kebijakan lockdown. Italia, misalnya, melakukan karantina total terhadap seperempat populasinya. Kota-kota besar di Italia bagian utara, seperti Milan dan Venezia, tertutup. Diperkirakan sebanyak 16 juta warga Italia tidak diizinkan meninggalkan kawasan tinggalnya
Performa sektor pertanian
Di tengah kegelisahan banyak pihak terhadap perekonomian dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, BPS merilis data peningkatan ekspor. Pada data yang dirilis BPS, nilai ekspor Indonesia pada Februari 2020 mencapai US$13,94 miliar atau meningkat 2,2% ketimbang ekspor Januari 2020. Demikian juga ketimbang Februari 2019 meningkat 11%.
Kinerja ekspor Indonesia tersebut sangat ditopang peningkatan nilai ekspor pertanian. Pada Februari 2020, nilai ekspor pertanian naik sebesar 0,91% month of month (mom) dan 28,04% year on year (yoy) dari total US$0,30 miliar.
Kenaikan terjadi karena produk pertanian seperti biji kakao, sarang burung, tanaman obat, aromatik, dan subsektor rempah-rempah meningkat signifikan. Kenaikan ekspor pertanian tersebut terjadi saat sektor migas justru turun 0,02%.
Pada Januari lalu sektor pertanian juga mengalami peningkatan ekspor tertinggi yoy jika dibandingkan dengan sektor lainnya yang cenderung turun. Sementara itu, pada sektor industri pengolahan yang sebagian bahan bakunya berasal dari pertanian juga mengalami peningkatan sebesar 3,16%.
Menyelisik pernyataan Presiden Joko Widodo saat berpidato pada pembukaan The 2nd Asian Agriculture & Food Forum (Asaff) 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (12/3), sektor pertanian merupakan sektor yang tangguh dalam membantu stabilitas ekonomi.
Sektor ini memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi, baik dalam ekspor maupun meningkatkan pendapatan masyarakat. Kinerja ekspor pertanian selama dua bulan terakhir ini bisa menjadi bukti bahwa pertanian dapat menjadi penyelamat perekonomian Indonesia kala dunia dilanda covid-19. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun memiliki harapan yang sama. Seperti yang pernah diungkapkan Menteri Pertanian berulang kali, pertanian sangat terkait dengan urusan ‘perut’ manusia. Pangan merupakan kebutuhan utama yang tidak bisa tergantikan.
Akselerasi ekspor pertanian
Sebelum pandemi covid-19, Kementerian Pertanian sedang menggalakkan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Memasang target bahwa ekspor pertanian harus meningkat hingga tiga kali lipat. Namun, prosesnya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam istilah Menteri Pertanian, semua jajaran Kementan bersama para kelompok pemangku kepentingan perlu bekerja dengan cara yang tidak biasa.
Gratieks harus menjadi momentum untuk menyatukan kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi sehingga produk pertanian kita layak ekspor.
Sebagai langkah awal, pemerintah akan memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi pertanian kita. Ekspor hanya bisa dilakukan jika produksi pangan lokal surplus atau melebihi kebutuhan masyarakat.
Peningkatan kapasitas produksi diupayakan dengan menurunkan biaya pertanian menuju pertanian berbiaya rendah dan peningkatan efisiensi, pengembangan dan penerapan mekanisasi dibarengi dengan akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi, serta ekspansi pertanian melalui perluasan pemanfaatan lahan dan penyediaan air.
Langkah penting lainnya ialah meningkatkan standar kualitas pertanian kita sehingga bisa diterima mancanegara. Para pelaku usaha tani harus pintar dan cermat membaca kebutuhan pasar luar negeri, termasuk menangkap peluang pasar yang belum terjamah sebelumnya.
Dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini, kemampuan bangsa kita dalam produksi pangan sedang dipertaruhkan. Apalagi kemampuan suatu bangsa dalam memproduksi pangan akan menjadi tolok ukur ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi krisis.
Saat memberikan arahan pada Rapim Kementan, Menteri Pertanian memahami kondisi yang dihadapi saat ini dengan pandemi covid-19 memang tidak mudah. Sebelum memenuhi kebutuhan dunia, pertanian kita harus terlebih dahulu memastikan kebutuhan pangan 267 juta jiwa rakyat Indonesia mencukupi. Itu sebabnya semua jajaran Kementerian Pertanian harus bekerja extra ordinary atau di luar kebiasaan yang ada.
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp50 triliun akan dikhususkan untuk peningkatan produksi pertanian. Akses pembiayaan tersebut turut ditambah dengan program bantuan benih, bibit, subsidi pupuk, serta akselerasi ekspor pertanian.
Penyuluh pertanian akan semakin penting peranannya. Dengan berwadah Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani), para penyuluh akan lebih mudah bergerak di lapangan. Kostratani sebagai pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat kecamatan, memiliki basis teknologi informasi (TI) dan memanfaatkan peralatan digital sehingga memungkinkan sosialisasi dan edukasi dilakukan dalam jarak jauh.
Para penyuluh yang tergabung dalam Kostratani akan lebih leluasa melakukan penyuluhan tanpa mengabaikan protokol social distancing. Meskipun ada pembatasan kunjungan ke lapangan, penyuluh bisa tetap melakukan pembinaan melalui teleconference dengan wilayah binaan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Para penyuluh pun akan menjadi ujung tombak kita dalam sosialisasi protokol pencegahan covid-19 kepada para petani. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian besar dari negara. Kesejahteraan dan kesehatan mereka menjadi prioritas utama.
Dengan protokol pencegahan covid-19 yang dijalankan di lapangan, kami harapkan kegiatan produksi pertanian akan tetap berjalan. Produksi pertanian bisa tetap terjaga stabilitasnya demi menyediakan pangan bagi 267 juta jiwa rakyat Indonesia ataupun memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Artikel ini telah tayang di https://mediaindonesia.com/opini/297556/menjaga-ketangguhan-pertanian-di-tengah-krisis